Laman

Jumat, 03 Agustus 2012

Sunan Drajat Antara Bisnis & Sosial


KUALA LUMPUR – Bangunan tua nan usang di pojok sebuah kedai makanan warga Indonesia di daerah Chow-kit Kuala Lumpur ini, kini berganti menjadi berwarna hijau mencolok dan terlihat baru lagi setelah di cat, pinggirnya diisi oleh beberapa buah gerai makanan,toko baju serta beberapa gerai tenda bagi penikmat pijit tradisional, sebagian besar warga Indonesia yang berdomisili di KL ataupun yang sudah sering mondar-mandir di daerah chowkit untuk sekedar berbelanja ataupun jalan-jalan, sudah pasti mengenal nama kedai makan yang satu ini, apalagi kalo bukan Sunan Drajat, di ambil dari salah satu nama ulama tersohor pulau jawa yang tergabung dalam wali songo (Wali sembilan) ketika itu.
Rumah makan yang dulu ketika pertama berdiri bernama Harapan Jaya ini didirikan sekitar tahun 1980, pemiliknya adalah seorang perantau warga negara Indonesia yang berasal dari daerah Lamongan Jawa Timur, Bpk. H. Nasihin namanya, yang kini telahpun bermukim dan berdomisili tetap di daerah Lorong Sungai Mulia Gombak Selangor Malaysia,
Nama Harapan Jaya bertahan hanya dalam waktu 9 Tahun saja, sehingga pada tahun 1989 nama tersebut berganti menjadi Sunan Drajat, hingga kini perubahan nama turut juga berkembang menjadi beberapa buah jenis usaha yang di lakoni sendiri oleh H. Nasihin, di mulai dari Rumah Makan,Travel, Usaha pembuatan Home Industryseperti tempe,tahu,bakso serta beberapa usaha yang lain turut membuat gairah saling mendukung usaha satu dengan yang lainnya.
Mas Buyung Anak tertua dari H. Nasihin menerangkan bahwa Usaha yang di rintis oleh ayahnya memang berkonsep sederhana, ingin menjadi tempat berkumpul,bergurau serta melepas kerinduan sesama perantau di negeri orang,namun konsep sederhana malah menjadikan peluang bisnis yang menjanjikan di masa depan, hingga kini Sunan Drajat telah memiliki 5 buah Rumah Makan yang tersebar di semenanjung Malaysia, yang utama di daerah Chow-kit ini,kedua di daerah Kajang, ke tiga dan empat berada di daerah Pulau Pinang, (sekitar 3 jam 43 menit atau 331.0 Km dari Kuala Lumpur) dan yang terbaru kini ada di daerah Gombak.
Dari jumlah karyawan yang bekerja pun cukup terbilang Fantastis bagi pengusaha perantauan sekelas H. Nasihin,mobil serta beberapa van untuk operasionalpun tidak luput dari pantauan komunite,yakni sekitar 5-6 buah,baik pribadi maupun untuk berbisnis,jumlah karyawan yang bekerja saat ini juga kurang lebih dari 50 orang, baik yang bekerja di Rumah Makan, Travel ataupun Home Industry di kediamannya di Gombak.
Jenis makanan yang sediakan memang cukup bervariasi, ada bakso,pecel lele, ayam penyet,soto, rawon, sayur asem,mangut bandeng dan ikan pari,serta yang paling terkenal adalah sate kambingnya,selain menyajikan masakan Indonesia,suasana ke akraban di antara pengunjung dan pelayan cukup terbilang unik, sangat jarang di temui bahasa tempatan di gunakan, namun selalunya terdengar suara bahasa jawa berdialek Jawa timur, sehingga ketika salah seorang pengunjung yang ingin memesan Sate, serta merta akan terdengar suara teriakan dari dalam Rumah makan “ Sate Sepuluuuuh…makan atau Sate Sepuluuuh bungkuus”. Kebiasaaan? Tapi itulah ke-unikan Rumah makan yang satu ini.
Saat ini perkembangan Bisnis yang di jalankan H. Nasihin dengan Sunan Drajat-nya cukup mendatangkan omset yang besar bagi seorang pengusaha makanan, sebab beliau sendiri sangat pandai dalam melihat peluang yang ada di sekitarnya,tidak di jelaskan secara rinci tahun berapa beliau datang ke Malaysia, namun idenya membuat Rumah Makan hanyalah sebagai tempat berkumpul para pekerja Indonesia yang tersebar di negeri jiran ini,baik itu yang bekerja di sektor bangunan,rumah tangga, pelayanan serta beberapa sektor yang lainnya.
H. Nasihin dan Yayasan Sunan Drajat.
Selain itu juga Sunan Drajat mempunyai kegiatan sosial di luar bisnis yang di jalankan,yaitu ikut serta dalam pengelolan sebuah pesantren di kawasan Lamongan yang bernama Pesantren Sunan Drajat Putra dan putri, jumlah siswanya cukup terbilang banyak,tidak main-main mencapai angka 9000 orang, di mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi bernama STAIR ( Sekolah Tinggi Agama Islam “Raden Qosim”) , Perkembangan santri dan siswanya sangat pesat. Dalam tempo tidak begitu lama, para penuntut ilmu di Pondok Pesantren ini berasal dari dalam maupun luar negeri.
Peran H. Nasihin sebagai putra daerah serta Ghirahnya terhadap ilmu pendidikan membuatnya ikut serta dalam membangun kembali semangat persatuan dan pendidikan khususnya di daerah asalnya, baik itu berupa bantuan financial maupun non materi yang cukup menjadi pengabdian dan sumbangsih yang bernilai bagi seorang putra daerah yang merantau dan sukses di negeri orang.
Sementara itu mengenai Yayasan Sunan Drajat sendiri, Prof.Dr. KH Abdul Ghofur, keturunan ke-7 Sunan Drajat yang merupakan sesepuh Pesantren Sunan Drajat mengatakan, STAIR yang didirikan dibawah Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat ini melewati peristiwa yang panjang sebelum berdirinya.
Menurut Abdul Ghofur Pesantren Sunan Drajat merupakan pesantren yang didirikan oleh salah satu anggota Walisongo ini ratusan tahun lalu. Setelah pesantren dilanda gempa yang meratakan bangunannya rata dengan tanah sekitar 500 tahun lalu, maka pada tahun 1975, anak cucunya sebagai keluarga besar Sunan Drajat bersama sesama Muslim menghidupkannya kembali Pondok Pesantren ini untuk membina umat Islam.
Untuk menggerakkan roda Pondok Pesantren Sunan Drajat ini, para pengurus melengkapinya dengan berbisnis. Bisnis yang dikelola oleh mereka kebanyakan bisnis besar, seperti pasar swalayan dan pabrik pupuk, yang telah mengekspor pupuknya ke luar negeri.
Upaya bisnis yang dilakukan para pengasuh Pondok Pesantren ini tidak lain untuk membiayai para santrinya yang hanya dipungut sedikit biaya. Sebagian besar biaya sekolah maupun kuliah serta biaya hidup sehari-hari para santri, yang semua itu ditanggung oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat ini.
Hasilnya? Sebuah pencapaian yang sangat membanggakan untuk di jadikan Success Stories bagi perantau Indonesia yang saat ini berada di mana saja,sebuah pepatah kacang lupa akan kulitnya agaknya jauh dari H.Nasihin,kesuksesan salah satu perantau di Malaysia yang kini dapat kita lihat dan rasakan bersama sebagai contoh dan semangat diri dalam meraih sebuah kesuksesan dalam berbisnis, semua itu hasil dari tangan dan ide cemerlang seorang H. Nasihin sang putra Lamongan.
(TJ/KL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar